Sabtu

PENCEMARAN UDARA DARI ALAM

Pencemaran udara di bumi kita ini sudah sangat parah. Selama ini kita berpikir bahwa penyebabnya adalah dari limbah industri, transportasi ataupun limbah rumah tangga saja. Ada faktor alamiah yang menyebabkan pencemaran udara, biasanya pencemaran udara dari sumber-sumber alami tersebar secara merata di udara tidak hanya pada lingkup suatu daerah yang terkena gas pencemar dari sumber alami tersebut misalnya seperti yang menjadi pembicaraan hangat akhir–akhir ini yaitu, pencemaran udara yang diakibatkan oleh gunung berapi. Mengapa letusan gunung merapi bisa menyebabkan pencemaran udara? Itulah pertanyaan yang sering ada dalam benak kita.
Abu vulkanik yang diakibatkan oleh gunung merapi mengandung gas – gas yang berbahaya, salah satunya adalah gas belerang oksida (SOx) yang terdiri atas gas SO2 dan SO3 yang keduanya memiliki sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan uap air di udara membentuk asam sulfat H2SO4. Di udara SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar. Jumlah SO3 yang terbentuk bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut:
S + O2 → SO2
2 SO2 + O2 → 2 SO3
Adanya SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, SO3 dan uap air akan bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4) dengan reaksi sebagai berikut:
SO3 + H2O → H2SO4
Komponen yang normal terdapat di dalam atmosfer bukan SO3 melainkan H2SO4. Tetapi jumlah H2SO4 atmosfer ternyata lebih tinggi daripada yang dihasilkan dari emisi SO3 , hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme-mekanisme lainnya. Setelah berad di aatmosfer, sebagian SO2 akan di ubah menjadi SO3 (kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan dan katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spektrum matahari, dan jumlah bahan katalitik, sorptif dan alkalin yang tesrsedia. Pada malam hari atau paadaa kondissi lembab ataau selama hujan, SO2 atmosfer diabsorbsi oleh droplet alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk membentuk sulfat di dalam droplet.
Gas vulkanik mempunyai potensi bahaya terbesar bagi orang-orang, hewan, hutan serta pertanian. Gas sulfur dioksida dapat mengakibatkan polusi udara dan hujan asam yang dapat merusak tanaman, kesuburan tanah serta ekosistem air. Polutan SOx dapat menyebabkan korosi. Kecepatan korosi kebanyakan metal, terutama besi, baja dan zink, dirangsang pada kondisi lingkungan yang terpolusi SO2. Bahan-bahan parikel, kelembaban tinggi dan suhu juga berperan penting dalam dalam proses korosi tersebut.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi system pernafasan, beberapa penelitiaan menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada konsentrasi sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu yang sensitive terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap polutan berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada system pernafasan dan kardiovaskular. Individu dengan gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2 meskipun dengan konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0,2 ppm atau lebih.
Secara global, letusan besar yang mengeluarkan volume belerang aerosol ke stratosfer dapat mengakibatkan penurunan temperatur permukaan dan mempromosikan penipisan lapisan ozon Bumi. Karena gas karbon dioksida lebih berat daripada udara, gas dapat mengalir ke dalam daerah dataran rendah dan mengumpulkan di dalam tanah. Konsentrasi gas karbon dioksida di area ini dapat mematikan orang-orang, hewan, dan vegetasi. Beberapa letusan juga mengeluarkan senyawa fluor yang cukup untuk terdeformasi atau membunuh binatang yang merumput di vegetasi dilapisi dengan abu gunung berapi. Senyawa fluor cenderung menjadi terkonsentrasi pada abu halus partikel, yang dapat dicerna oleh hewan.

Sumber:
Jurnal Lingkungan
Soalmu
Protobion
Media Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar