Sabtu

Pencemaran Udara Akibat Gunung Berapi

Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter). Untuk lebih mengerti tentang pencemaran udara akibat aktivitas gunung berapi, akan kita ulas satu persatu mulai dari SO2 hingga NO2, sebagai berikut:
1. Sulfur Dioksida (SO2)
Klik di sini
2. Hidrogen Sulfida (H2S)
Sering hasil dari bakteri pemecahan bahan organik tanpa adanya oksigen, seperti di rawa-rawa dan selokan (pencernaan anaerobik). Hal ini juga terjadi pada gas gunung api, dan gas alam. Gunung berapi dan beberapa sumber air panas (dan juga mata air yang dingin) memancarkan beberapa H2S, kemungkinan timbul melalui hidrolisis sulfida mineral pada suhu tinggi, yaitu:
MS + H 2 O → MO + H 2 S

H2S tidak berwarna dan sangat beracun. H2S adalah gas yang mudah terbakar dengan karakteristik bau busuk dari busuk telur. H2S sedikit lebih berat daripada udara, campuran Hidrogen sulfida dengan udara menjadi sangat mudah meledak. Hidrogen sulfida dan Oksigen yang bereaksi akan terbakar dengan nyala api berwarna biru untuk menghasilkan Sulfur dioksida (SO2) dan air. Reaksinya sebagai berikut:
2 H 2 S + 3 O 2 → 2 H 2 O + 2 SO 2
H2S dianggap sebagai racun-spektrum yang luas, yang berarti bahwa hal itu dapat meracuni beberapa sistem yang berbeda dalam tubuh, walaupun sistem saraf yang paling terpengaruh.
Sebuah petunjuk diagnostik menarik dari keracunan ekstrim oleh H2S adalah perubahan warna koin tembaga dalam kantong korban. Pengobatan keracunan H2S antara lain, menghirup oksigen murni, dan dalam beberapa kasus menggunakan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBO). Paparan konsentrasi yang lebih rendah dapat mengakibatkan mata iritasi, sakit tenggorokan dan batuk, mual, sesak nafas, dan cairan di paru-paru. Pada jangka panjang, dengan tingkat pemaparan rendah mengakibatkan kelelahan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, lekas marah, dan pusing.
  •  0,00047 ppm adalah batas ambang, konsentrasi dimana 50 % dari manusia dapat mendeteksi karakteristik bau Hidrogen sulfida, biasanya berbau seperti telur busuk.
  •  Kurang dari 10 ppm memiliki batas eksposur 8 jam per hari.
  •  10-20 ppm adalah batas konsentrasi untuk iritasi mata.
  •  50-100 ppm menyebabkan kerusakan mata.
  •  100-150 ppm menyebabkan kelumpuhan saraf penciuman dan korban sering tidak menyadari keberadaan gas H2S.
  •  320-530 ppm menyebabkan pulmonary edema dengan kemungkinan kematian.
  •  530-1000 ppm menyebabkan rangsangan kuat dari sistem saraf pusat dan pernapasan cepat, menyebabkan berhentinya sistem pernapasan.
  •  800 ppm dengan konsentrasi 50 % mematikan manusia selama 5 menit paparan (LC50)
  •  Konsentrasi lebih dari 1000 ppm menyebabkan berhentinya sistem pernapasan.
Dari ulasan di atas, maka perlu bagi kita, mewaspadai pencemaran udara yang mengakibatkan kematian seperti pencemaran akibat gas H2S. Sumber gas Hidrogen sulfida merupakan alam, maka yang perlu kita lakukan adalah menjauh dari sumber gas dan melakukan penanganan kepada korban yaitu membawa korban ke pelayanan kesehatan terdekat.

3. Nitrogen Dioksida (NO2)
Nitrogen dioksida yang mempunyai rumus molekul NO2 beracun jika terhirup namun dapat dideteksi dari baunya. Gas ini berwarna coklat kemerahan dengan bau tajam yang khas. Nitrogen dioksida terbentuk pada sebagian besar pembakaran proses menggunakan udara sebagai oksidan. Pada suhu tinggi seperti meletusnya gunung berapi mengakibatkan Nitrogen di udara bergabung dengan Oksigen yang berada di udara. Persamaan reaksinya sebagai berikut:
O 2 + N 2 → 2 NO
Nitrat oksida yang telah terbentuk tersebut dapat dioksidasi di udara dan membentuk Nitrogen dioksida’ dengan reaksi sebagai berikut:
2 NO + O 2 → 2 NO 2
Mulai dari konsentrasi rendah (4ppm) sudah dapat membius indra penciuman. Sumber dari gas Nitrogen dioksida ini tidak hanya pada alam seperti meletusnya gunung berapi tetapi pencemaran yang lebih banyak adaalah pada gas buang dari pabrik-pabrik. Oleh karena itu, untuk mengurangii pencemaran akibat Nitrogen dioksida dapat dicegah dengan memfilter limbah yang berupa gas dari pabrik tersebut. Sedangkan pencemaran akibat alam, kita hanya dapat melakukan penanganan yang sesuai untuk korban yang terkena paparan gas Nitrogen dioksida dan menjauh dari sumber pencemaran tersebut.

NO2 dan SO2 merupakan faktor pencetus terjadinya hujan asam. Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bakah bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.

Sumber:
Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar